Diri Yang Tidak Akan Pernah Selesai

Arunikata
2 min readFeb 15, 2023

--

Dulu, sempat ada pemikiran dalam diri saya di mana saya ingin menikah ketika saya telah selesai dengan diri saya sendiri dan ingin dipertemukan pula dengan laki-laki yang telah selesai dengan dirinya. Namun, akhir-akhir ini mulai ada kebisingan yang menggangu isi kepala saya. Saya banyak bertanya-tanya pada diri sendiri, “Memangnya seperti apa definisi selesai dengan diri sendiri?”

Sebuah pertanyaan yang saya pikir tidaklah sederhana untuk menjawabnya. Pemikiran mengenai ‘saya ingin selesai dengan diri saya sendiri’ seperti kontradiktif dengan keyakinan yang saya percaya, bahwa hidup adalah proses untuk bertumbuh dan membaik sepanjang hayat. Memangnya ada batasan ‘selesai’ untuk bertumbuh dan menjadi baik selain maut?

Lalu, saya pun mulai mencari-cari apa sebenarnya definisi ‘selesai dengan diri sendiri’. Dan, jawabannya tentu saja sangat beraneka ragam dan tidaklah paten. Mulai dari mencintai diri sendiri, mempunyai penghasilan sendiri, sanggup hidup mandiri, dan masih banyak lagi. Saya baca dan mencoba memahami hingga akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa semuanya berujung pada satu jawaban, yaitu ilmu. Iya, ILMU.

Bahwa ternyata yang harus saya fokuskan bukanlah selesai pada diri sendiri, namun menyiapkan ilmu. Ilmu mengenai diri sendiri, ilmu finansial, ilmu komunikasi dengan pasangan, ilmu mengenai rumah tangga, dan masih banyak lagi ilmu yang harus kita pelajari dan persiapkan. Dan, ilmu-ilmu itu tidak akan pernah selesai, kita akan mempraktikan ilmu itu terus menerus dalam keseharian kita. Di satu kesempatan, kita akan mampu menerapkan ilmu-ilmu itu dengan baik, lalu di kesempatan lain kita akan remedi hingga menuntut kita untuk belajar lagi, lagi, dan lagi. Atau bahkan mungkin saja di satu kesempatan kita akan merasa clueless, kebingungan, dan merasa bodoh karena ternyata diri kita tidak atau belum mempunyai ilmu mengenai peristiwa yang sedang kita hadapi. Dan, percayalah, hal itu wajar. Bahwa tidak apa-apa ketika kita salah, clueless, kebingungan, atau merasa bodoh. Bahwa memang sepantasnya kita merasa bodoh karena terlalu luasnya ilmu. Dan bukankah dengan merasa bodoh itulah yang akan membangktikan semangat kita untuk terus belajar, belajar, dan belajar? Tidak apa-apa salah, tidak apa-apa merasa bodoh, yang terpenting adalah adanya keinginan untuk belajar dan memperbaiki yang salah. Yang jadi masalah adalah ketika kita tidak mau belajar mengenai sesuatu yang kita tidak mempunyai ilmu tentangnya padahal ilmu itu penting untuk kita.

Jadi, pada akhirnya, saya tidak akan pernah selesai dengan diri saya sendiri. Karena, kapasitas waktu, otak, dan hati saya tidak akan pernah cukup untuk meneguk ilmu-ilmu yang saya perlukan untuk mengarungi segala fase kehidupan saya mulai dari menjadi seorang anak, masyarakat, istri, ataupun ibu. Ya, saya tidak akan pernah selesai, karena ilmu-Nya tiada ujungnya. Bahwa saya tidak harus selesai dengan diri saya sendiri, yang harus saya lakukan adalah belajar, belajar, dan belajar.

Mempersiapkan ilmu, karena berilmulah sebelum beramal.

--

--